Home »
» Ketika Shalawat Dilantunkan…
Ketika Shalawat Dilantunkan…
Beberapa waktu lalu ketika saya diberi kesempatan oleh Allah swt mengunjungi negeri seribu wali, Hadramaut, Yaman, saya mendapatkan pengalaman yang cukup berkesan karena belum pernah saya alami sebelumnya. Ketika itu kami (saya dan keluarga) menaiki bus dari kota Hadramaut menuju San’a, ibukota Yaman.Sebelum bus berangkat, terjadi sebuah insiden yang cukup membuat saya ketakutan. Terjadi kesalahpahaman antar penumpang. Seorang penumpang merasa dirugikan karena dia telah membeli tiket dengan nomor kursi tertentu yang ternyata telah diduduki oleh penumpang lain. Penumpang yang terlebih dahulu duduk pun tidak mau kalah dan mempertahankan haknya. Akhirnya pertengkaran pun tak terelakkan dan mereka pun beradu mulut termasuk supir ikut dimaki-maki.Saya semakin ketakutan karena rata-rata orang Yaman membawa semacam pedang atau pisau yang agak besar yang diselipkan di bajunya. Itu adalah tradisi yang sudah biasa ditemukan di sana. Dalam suasana yang memanas tersebut, tiba-tiba salah seorang penumpang meneriakkan “ Shallu ‘alan Nabi Muhammad”. Sontak orang-orang yang nyaris baku hantam tersebut menghentikan pertengkaran mereka dan menjawab seruan untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. Mereka pun saling bermaafan dan berpelukan satu sama lain dan melanjutkan perjalanan bersama-sama menuju tujuan masing-masing seolah-olah tidak ada yang terjadi sebelumya.Peristiwa ini cukup membuat saya terkesima. Maklum, selama di Indonesia saya belum pernah mengalami hal ini sebelumnya, walaupun hal ini sudah biasa terjadi di negeri-negeri Arab. Tetapi di sinilah saya dapat merasakan dahsyatnya shalawat. Shalawat ke atas nabi ternyata bukan semata-mata wujud rasa cinta atau pujian terhadap baginda nabi, namun juga memiliki kekuatan yang mampu meredam amarah seseorang,seperti kisah di atas.Setidaknya ada 39 keistimewaan shalawat yang tertulis di kitab “Khasaisul Ummati Muhammad” karya Dr. Muhammad Alawi Al Maliky Al Hasany. Diantaranya si pembaca dijauhkan dari sepuluh kejahatan, dosa-dosanya akan diampuni serta mengeluarkan seseorang dari kebekuan hati. Dikatakan pula, shalawat bisa menjadi penuntun kaki si pembaca menuju jembatan di atas neraka Jahanam dan melewatinya dengan mudah. Sebuah hadits dari Sa’id bin Musayyab dari Abdurrahman bin Samrah tentang mimpi Nabi Muhammad saw. Beliau bersabda, “ Aku bermimpi bertemu salah seorang umatku yang merangkak melewati jembatan di atas neraka Jahanam. Terkadang ia merayap, dan terkadang ia bergantung, kemudian datanglah shalawat yang dibacakannya untukku, maka shalawat itu membuatnya berdiri kokoh dan selamat dari jembatan neraka jahanam itu”. (HR Abu Musa Al Madini).Apa yang membuat shalawat terhadap Nabi begitu mendapat tempat istimewa dalam Islam? Tak lain adalah karena Nabi Muhammad adalah manusia paling utama yang sangat dikasihi oleh Allah SWT. Manusia yang karenanyalah bumi diciptakan. Allah SWT sendiri pun melantunkan shalawat terhadap Nabi Muhammad saw dan memerintahkan makhluk-makhluk-Nya untuk senantiasa bershalawat sebagai bentuk pujian dan penghormatan atas junjungan kita tersebut. Disebutkan dalam Al Quran :“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” QS Al-Ahzab : 56Lalu, apakah shalawat yang kita bacakan kepada beliau menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw membutuhkan doa dari umatnya? Suatu ketika seorang teman bercerita pada saya. Dia pernah ditanyai oleh seorang non muslim tentang shalawat yang biasa dilantunkan kaum muslimin. “ Berarti Muhammad pun masih memerlukan doa dari umatnya agar dia selamat. Buktinya kalian orang-orang Islam harus membacakan shalawat untuknya.” Kira-kira demikian ucapan yang bernada menghina yang dikatakan oleh manusia yang belum diberi hidayah ini. Sayangnya teman saya tersebut tidak mampu menjawab. Dia hanya terdiam karena benar-benar tidak mengerti apa jawabannya.Seringkali shalawat terhadap Nabi ditafsirkan sebagai bentuk kebutuhan Nabi Muhammad saw dari umatnya. Utamanya oleh sebagian kaum non muslim hal ini digunakan sebagai celah kelemahan agama Islam. Dan sayangnya banyak kaum muslim tidak mengerti untuk apa shalawat itu dibacakan. Sesungguhnya, bukanlah Nabi yang membutuhkan shalawat itu dibacakan untuk beliau, tetapi kitalah yang membutuhkan imbalan pahala dari Allah atas shalawat yang dibacakan. Sebuah hadits menjelaskan : “Dari Abdullah bin Amar bin Al Ash r.a., sesungguhnya dia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : ‘Barangsiapa yang membaca shalawat sekali padaku, maka Allah memberikan rahmat sepuluh padanya’.” (H.R. Muslim).Tak heran jika di dalam majelis-majelis banyak didengungkan shalawat ke atas nabi sebagai puji-pujian. Tetapi sangat disayangkan karena begitu banyak orang yang enggan melantunkan shalawat. Entah itu karena ketidaktahuannya atau memang merasa enggan untuk membacanya. Padahal telah disebutkan di dalam hadits, dari Ali r.a berkata : Rasulullah saw bersabda : “Orang yang bakhil adalah orang yang jika mendengar namaku disebut sedangkan ia tidak membaca shalawat kepadaku.” (H.R Tirmidzi).Sebenarnya bukanlah suatu hal yang sulit ataupun berat jika kita mau membacanya. Ini adalah masalah kebiasaan. Mulut yang biasa digunakan untuk mengucapkan sesuatu yang kotor misalnya, akan dengan mudah terucapkan ketika seseorang terkejut. Namun alangkah indahnya bila kata-kata yang biasa terucapkan adalah kata-kata yang baik terlebih lagi shalawat.Bacaan shalawat juga merupakan bentuk cinta seorang umat kepada sang penunjuk kebenaran. Shalawat dapat menambah kecintaan seorang muslim kepada nabinya karena shalawat merupakan salah satu ikatan iman yang hanya bisa tercipta dengan menyebut-nyebutnya. Seorang pecinta akan dikatakan mencintai seseorang atau sesuatu apabila orang tersebut selalu menyebut-nyebut dan mengingatnya. Sebagaimana seseorang yang mengidolakan artis, dia akan mengoleksi segala sesuatu tentang idolanya tersebut. Bahkan, ia akan mengejar-ngejarnya dan mengelu-elukannya bila bertemu langsung di hadapannya. Terkadang konyol kita melihat orang-orang yang tergila-gila terhadap seseorang yang mungkin tidak lebih baik dari orang yang mengidolakan, karena ketampanannya, kecantikannya ataupun karena kemampuan bernyanyi atau aktingnya. Kalau kita bisa begitu mengagumi sosok manusia-manusia itu, seharusnya kita lebih mengagumi sosok Rasulullah yang sempurna di mata Allah dan manusia.Idola-idola masa kini didominasi oleh orang-orang kafir dan fasik dan yang mengidolakannya tak lain dan tak bukan adalah orang-orang Islam. Kenapa bukan nabi Muhammad saw yang kita jadikan idola? Sosok sempurna yang sangat patut dijadikan teladan. Ucapan-ucapan cinta Rasul seharusnya tidak hanya menjadi slogan di bulan Maulud saja atau dijadikan lagu-lagu penyemarak bulan Ramadhan saja tanpa ada penghayatan di dalamnya.Jika rasa cinta terhadap Nabi Muhammad sudah cukup tertanam, maka secara otomatis lidah ini akan terus-menerus memujinya dan mengingat-ingatnya. Apalah yang memberatkan lidah ini untuk bershalawat? Lupakah kita bagaimana Nabi Muhammad di akhir hayatnya masih memohon kepada Allah agar meringankan sakitnya pencabutan nyawa untuk kita, umatnya? Airmata darah sekalipun tak cukup membalas cinta Nabi Muhammad kepada umatnya. Namun cukup dengan bershalawat seolah semua itu terbayar, bahkan Allah membalas bacaan sholawat seseorang dengan sholawat ke atas si pembaca sebanyak sepuluh kali lipat.Dalam kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Ghozali, dikatakan bahwa dilipatgandakannya pahala shalawat adalah karena shalawat itu bukan hanya mengandung satu kebaikan saja melainkan mengandung banyak kebaikan yang mencakup diantaranya : pembaruan iman kepada Allah karena sebagai wujud dzikrullah, pembaharuan iman dan pengagungan terhadap Rasulullah saw, serta menunjukkan kepatuhan dan kecintaan terhadap Allah dan Rasulnya.Sebuah doa yang sebelumnya dibacakan shalawat juga akan mendapatkan prioritas dari Allah untuk dikabulkan. Perintah Rasulullah sendiri dalam sebuah hadits bahwa hendaknya seseorang yang berdoa dimulai dengan memuji Allah, lalu membaca shalawat kepada Nabi saw baru kemudian dilanjutkan dengan doa. Alangkah ruginya manusia yang enggan membaca shalawat karena begitu banyak pahala dan keutamaan yang ditawarkan. Semoga lidah kita akan semakin ringan mengucapkan shalawat. Semoga lisan ini juga akan selalu spontan menjawab dengan shalawat setiap disebutkannya nama Rasulullah saw agar kita tidak digolongkan sebagai manusia-manusia bakhil karena tidak mau memuji sang pembawa risalah. Untuk itu, ketika shalawat kepada Nabi dilantunkan, jawablah agar kita mendapatkan keberkahan. Shallu ‘alan Nabi Muhammad. Allahumma shalli wasallim wa barik ‘alaih. Fatimah Alatas SE
0 comments:
Post a Comment